PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL
A.
Hubungan
variabel atau perubah
a.
Tekanan
Tekanan
merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika, dan
didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu satuan
unit luas area. Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress).
Satuan tekanan adalah Pa (Pascal), yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena
satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam analisis thermodinamika seringdigunakan
satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa = 106 Pa). Satuan
tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar (barometric), atau atm (standard
atmosphere), sebagai berikut.
1
bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1
atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar
Pengukuran
tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut tekanan
absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif terhadap
tekanan atmosfir. Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan
antara tekanan atmosfir dengan tekanan absolut, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1.4. sebagai berikut,
Alat
pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum
disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir disebut
barometer. Terdapat banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U,
manometer pegas, atau transduser elektronik.
b.
Temperatur
Ukuran
temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energy panas pada suatu benda
padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu
property suatu material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip
pengukurannya adalah apabila suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan
diukur temperaturnya, maka akan terjadi perpindahan panas ke alat ukur sampai
terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian temperatur yang terterapada alat
ukuradalah sama dengan temperatur pada benda yang diukurtemperaturnya. Prinsip
tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of
Thermodynamics), yaitu apabila dua benda dalam keadaan seimbang thermal dengan
benda ketiga maka dua benda tersebut juga dalam keadaan seimbang thermal
walaupuntidak saling bersentuhan.
Dalam
sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari ukuran
temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran Kelvin, tetapi
titik nol oC sama dengan 273,15 K. Titik nol oC adalah kondisi es mencair pada
keadaan standard atmosfir, sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana
semua gerakan yang menghasilkan energi pada semua materi berhenti.
Dalam
analisis thermodinamika, apabila yang dimaksudkan adalah ukuran temperatur maka
yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang apabila analisis berhubungan
dengan perbedaan temperature maka baik ukuran oC maupu K dapat digunakan.
B.
Persamaan
keadaan gas ideal atau gas sempurna
Molekul-molekul
gas didalam suatu ruangan yang dibatasi dinding bergerak kesegala arah dengan
tidak beraturan (chaotic motion ). Karena gerakan tidak beraturan tersebut
kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum menabrak dinding
batas ruangan. Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara
terusmenerus, yang menimbulkan efek tekanan gas didalam ruangan tersebut.
Semakin tinggi temperatur gas, maka semakin besar kecepatan geraknya sehingga
menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding semakin besar. Akibatnya tekanan
yang terjadi dida lam ruangan akan semakin besar pula.
Dari
mekanisme gerakan molekul tersebut, maka dapat dibayangkan adanya suatu
persamaan matematik hubungan antar variabel property gas didalam ruangan,
terutama tekanan (P), temperatur (T), dan volume ruangan (V). Volume ruangan
juga merupakan variabel karena menentukan jarak lintasan gerak molekul sebelum
menabrak dinding. Namun untuk menurunkan persamaan hubungan secara analitis
mengalami kesulitan, karena kompleksitas gerakan molekul, adanya gaya
tarik-menarik antar molekul, dan pengaruh volume molekul sendiri. Karena itu
kemudian diasumsikan adanya suatu jenis gas idea yang mempunyai sifat ideal,
sehingga dimungkinkan penurunan persamaan matematis hubungan antar beberapa
variabel dari property gas. Sifat-sifat gas ideal yang diinginkan tersebut
tersebut adalah:
1.
Gaya tarik-menarik antar molekul gas diabaikan.
2.
Total volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruangan.
Asumsi
pertama memungkinkan bahwa semua energi kinetic molekul menghasilkan energi
tumbukan molekul ke dinding, sedang asumsi kedua memungkinkan tidak ada
pengurangan energi kinetik molekul karena tumbukan antar molekul diabaikan.
Dengan kedua asumsi tersebut, maka secara analitis dapat diturunkan persamaan
hubungan antar variabel P, v, dan T gas ideal, atau sering disebut persamaan
keadaan gas ideal atau persamaan Boyle – Gay Lussac, sebagai berikut,
Pv
= RT
dengan,
P = tekanan absolut gas
v = volume spesiifik gas
R = konstanta gas
T = temperatur absolut gas
Boyle
dan Gay Lussac mendapatkan persamaan tersebut melalui eksperimen pada kondisi
gas pada tekanan sangat rendah, sehingga persamaan gas ideal dapat
diaplikasikan pada gas sebenarnya apabila tekanannya sangat rendah. Dalam
penelitian selanjutnya didapatkan apabila pada temperatur tinggi, atau pada
tekanan sangat tinggi sekitar tujuh kali tekanan kritisnya, maka si fat suatu
gas juga mendekati sifat gas ideal.
Besarnya
konstanta gas R berbeda untuk setiap jenis gas, dan dapat dihitung dengan,
R
= 

dengan,
R = konstanta gas universal
M = masa setiap molekul gas
Besarnya
konstanta gas universal adalah sama untuk semua jenis gas yaitu R? = 8,314
kJ/(kmol.K). Masa gas didalam ruangan dapat dihitung apabila jumlah molekulnya
diketahui, andaikan jumlah molekulnya N, maka massa gas didalam ruangan
tersbut:
M
= M N
Dan
volume ruangan adalah: V = m v
Sehingga
persamaan gas ideal dapat dituliskan dalam variabel volume ruangan sebagai
berikut
P
V = m R T
P
V = N R T
Dari
persamaan 1 dapat diturunkan hubungan antara variabel gas didalam ruangan pada
dua keadaan yang berbeda, dengan masa gas (m) tetap sebagai berikut,
Menurut
penelitian, beberapa jenis gas seperti udara, oksigen, hidrogen, helium, argon,
neon, CO2 dapat dperlakukan sebagai gas ideal dengan penyimpangan hasil
perhitungan terhadap kondisi sebenarnya hanya sekitar 1%. Gas yang dipadatkan
seperti uap didalam ketel uap, zat refrigeran didalam mesin pendingin tidak
boleh diperlakukan sebagai gas ideal, karena penyimpangan atau kesalahan
perhitungannya menjadi terlalu besar. Data property nya harus dilihat dalam
Tabel Thermodinamika untuk gas yang bersangkutan.
dengan
indeks 1 dan 2 menunjukkan bahwa gas pada keadaan 1 dan pada keadaan 2.
C.
Perubahan
keadaan gas ideal
Pada gas ideal terdapat empat macam perubahan keadaan istimewa yaitu
1. Proses
isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses
termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika
proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan
proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi
perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor
yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan
dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat
dinyatakan sebagai : gambar
Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
2. Proses isokorik
Jika gas melakukan proses
termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses
isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan
usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor
di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses
termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan
proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha
(W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan
konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa
perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan
sebagai
W = Qp – QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas
(W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada
tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan
(QV).
D.
Persamaan
keadaan gas ideal
Persamaan
gas ideal cukup sederhana, namun seperti telah dibahas sebelumnya lingkup
pemakaiannya terbatas. Banyak usaha dilakukan untuk mengembangkan persamaan
keadaan gas, dengan lingkup pemaka ian yang lebih luas. Namun persamaan yang
didapatkan umumnya lebih kompleks dibandingkan dengan persamaan gas ideal, seperti
pada persamaan Van der Waals dan persamaan Beattie-Bridgeman sebagai berikut:
1. Persamaan
Van der Waals.
Pada
tahun 1873, Van der Waals mengajukan persamaan keadaan gas dengan tambahan dua
konstanta a dan b sebagai berikut,
dengan
nilai konstanta a dan b sebagai berikut.
Persamaan
Van der Waals mempunyai ketelitian yang kurang baik, tetapi apabila konstanta a
dan b dihitung menurut perilaku gas sebenarnya pada lingkup yang luas maka
ketelitiannya menjadi lebih naik.
2. Persamaan
Beattie-Bridgeman
Persamaan
Beattie – Bridgeman diajukan pada tahun 1928, dengan menggunakan lima konstanta
sebagai berikut,
dengan
konstanta A dan B dihitung dengan persamaan sebagai berikut,
Aplikasi persamaan ini adalah sampai dengan
0,8 ? cr , dengan ? cr adalah titik kritis dari densitas gas yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar