Ada 3 hukum teori termodinamika :
1. Hukum kekekalan energi : energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dihancurkan/dihilangkan. Tetapi dapat ditrasfer dengan berbagai
cara. Contoh, Aplikasi: Mesin-mesin pembangkit energi dan pengguna energi.
Semuanya hanya mentransfer energi, tidak menciptakan dan menghilangkan. Catatan
: Dengan adanya kesetaraan massa dan energi dari Einstein, energi
"seolah-olah" bisa diciptakan dari materi (massa). Sehingga sekarang
diamandemen menjadi "Hukum kekekalan massa energi". Ketiga hukum
tetmodinamika untuk energi jadi berlaku juga untuk massa.
2. Hukum keseimbangan/kenaikan entropi : Panas tidak bisa
mengalir dari material yang dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi
adalah tingkat keacakan energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung
satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan
entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.
Contoh, Aplikasi : kulkas harus mempunyai pembuang panas dibelakangnya, yang
suhunya lebih tinggi dari udara sekitar. Karena jika tidak panas dari isi
kulkas tidak bisa terbuang keluar.
3. Hukum suhu 0 Kelvin (-273,15 Celcius): Teori
termodinamika menyatakan bahwa panas (dan tekanan gas) terjadi karena gerakan
kinetik dalam skala molekular. Jika gerakan ini dihentikan, maka suhu material
tsb akan mencapai 0 derajat kelvin. Contoh, Aplikasi : Kebanyakan logam bisa
menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah, karena tidak banyak keacakan
gerakan kinetik dalam skala molekular yang menggangu aliran elektron.
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan hukum
kekekalan energi. Hukum pertama termodinamika membahas hubungan antara kalor
(Q), kerja (W) dan perubahan energi dalam (delta U). Dalam kehidupan kita
sehari-hari terdapat banyak bentuk energi. Pada pokok bahasan usaha dan energi,
kita
sudah berkenalan dengan dua bentuk energi mekanik, yakni energi potensial (potensial = tersimpan) dan energi kinetik (kinetik = gerak). Energi potensial
terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah EP gravitasi, EP elastis dan
EP magnet. Energi kinetik terdiri dari dua
jenis, yakni energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi.
Contohnya buah mangga yang lezat dan ranum memiliki
energi potensial gravitasi ketika sedang menggelayut pada tangkainya. Demikian
juga ketika kita berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, misalnya
di atap rumah. Energi potensial gravitasi dimiliki benda karena posisi
relatifnya terhadap bumi. Karet ketapel yang kita
regangkan memiliki energi potensial elastis. Karet ketapel dapat melontarkan
batu karena adanya energi potensial elastis pada karet yang diregangkan.
Demikian juga busur yang ditarik oleh pemanah dapat menggerakan anak panah,
karena terdapat energi potensial elastis pada busur yang diregangkan. Benda
yang berada di dekat magnet memiliki energi
potensial magnet.
Ketika kita
melepaskan benda yang kita pegang (paku,
misalnya), dalam waktu singkat paku akan bergerak menuju magnet.
Selain energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki
materi yang berukuran besar dan sering kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari, terdapat juga bentuk energi yang lain.
Ada energi listrik, energi nuklir, energi kimia, dan sebagainya setelah muncul
teori kinetik, dikatakan bahwa energi dalam bentuk lain tersebut (energi
listrik, energi kimia, dll) merupakan energi kinetik atau energi potensial pada
tingkat atom atau molekul. Energi kimia yang tersimpan dalam makanan dan bahan
bakar dianggap sebagai energi potensial yang tersimpan dalam molekul, akibat
adanya gaya listrik antara atom penyusun molekul (disebut juga sebagai ikatan
kimia). Energi listrik, energi magnetik, energi nuklir juga dapat dianggap
sebagai energi kinetik atau energi potensial dalam skala atomik.
Perubahan bentuk energi
Perlu diketahui bahwa energi dapat berubah dari satu
bentuk ke bentuk lain. Pada tingkat makroskopis, kita
bisa
menemukan begitu banyak contoh perubahan bentuk energi. Buah mangga yang
menggelayut di tangkainya memiliki energi potensial gravitasi. Pada saat buah
mangga jatuh ke tanah, energi potensialnya berkurang sepanjang lintasan
geraknya menuju tanah. Ketika mulai jatuh, energi potensial berkurang karena
jarak vertikal buah mangga dari tanah makin kecil. EP tersebut berubah bentuk
menjadi energi kinetik translasi karena kecepatan buah mangga bertambah akibat
percepatan gravitasi yang bernilai konstan. Energi potensial elastis yang
tersimpan pada ketapel yang diregangkan dapat berubah menjadi energi kinetik
translasi batu apabila ketapel kita lepas, busur
yang melengkung juga memiliki energi potensial elastis. Energi potensial
elastis pada busur yang melengkung dapat berubah menjadi energi kinetik
translasi anak panah. Pada tingkat mikroskopis, kita
juga bisa
menemukan contoh perubahan bentuk energi. Ketika kita menyalakan lampu neon,
pada saat yang sama terjadi perubahan energi listrik menjadi energi cahaya.
Contoh lain adalah perubahan energi listrik menjadi energi gerak (kipas angin)
dll. Proses perubahan bentuk energi listrik ini sebenarnya disebabkan oleh
adanya perubahan antara energi potensial dan energi kinetik pada tingkat atom
atau molekul.
Dalam hukum pertama termodinamika, kita diperkenalkan
dengan sebuah besaran baru, yakni energi dalam (U). Energi dalam merupakan
jumlah total energi kinetik molekul-molekul dan energi potensial yang timbul
akibat adanya interaksi antara atom-atom penyusun molekul atau interaksi antara
molekul-molekul penyusun suatu benda atau makhluk hidup. Setiap benda tersusun
dari atom-atom atau molekul-molekul. Dengan demikian, setiap benda yang ada di
alam semesta ini pasti punya energi dalam. Setiap proses perpindahan energi
yang melibatkan Kalor dan Kerja akan mengakibatkan perubahan energi dalam. Hal
ini yang kita bahas dalam hukum pertama termodinamika. Hukum pertama
termodinamika adalah hukum kekekalan energi.
Hukum II Termodinamika,
yang dianggap sebagai salah satu hukum dasar ilmu fisika, menyatakan bahwa pada
kondisi normal semua sistem yang dibiarkan tanpa gangguan cenderung menjadi tak
teratur, terurai dan rusak sejalan dengan waktu. Seluruh benda, hidup atau
mati, akan aus, rusak, lapuk, terurai dan hancur. Akhir seperti ini mutlak akan
dihadapi semua makhluk dengan caranya masing-masing dan menurut hukum ini,
proses yang tak terelakkan ini tidak dapat dibalikkan.
Kita semua mengamati hal ini. Sebagai contoh, jika Anda
meninggalkan sebuah mobil di padang pasir, Anda tidak akan menemukannya dalam
keadaan lebih baik ketika Anda menengoknya beberapa tahun kemudian. Sebaliknya,
Anda akan melihat bannya kempes, kaca jendelanya pecah, sasisnya berkarat, dan
mesinnya rusak. Proses yang sama berlaku pula pada makhluk hidup, bahkan lebih
cepat.
Hukum II Termodinamika adalah cara mendefinisikan proses
alam ini dengan persamaan dan perhitungan fisika.
Hukum ini juga dikenal sebagai "Hukum Entropi".
Entropi adalah selang ketidak teraturan dalam suatu sistem. Entropi sistem
meningkat ketika suatu keadaan yang teratur, tersusun dan terencana menjadi
lebih tidak teratur, tersebar dan tidak terencana. Semakin tidak teratur,
semakin tinggi pula entropinya. Hukum Entropi menyatakan bahwa seluruh alam
semesta bergerak menuju keadaan yang semakin tidak teratur, tidak terencana dan
tidak terorganisir.
Keabsahan Hukum II Termodinamika atau Hukum Entropi ini
telah terbukti, baik secara eksperimen maupun teoritis. Albert Einstein
menyatakan bahwa Hukum Entropi akan menjadi paradigma yang sangat berpengaruh
di periode sejarah mendatang. Ilmuwan terbesar di masa kita ini mengakuinya
sebagai "hukum utama dari semua ilmu pengetahuan". Sir Arthur
Eddington juga menyebutnya sebagai "hukum metafisika tertinggi di seluruh
jagat".
Teori evolusi adalah klaim yang diajukan dengan
sepenuhnya mengabaikan Hukum Entropi. Mekanisme yang diajukannya benar-benar
bertentangan dengan hukum dasar fisika ini. Teori evolusi menyatakan bahwa
atom-atom dan molekul-molekul tidak hidup yang tak teratur dan tersebar,
sejalan dengan waktu menyatu dengan spontan dalam urutan dan rencana tertentu membentuk
molekul-molekul kompleks seperti protein, DNA dan RNA. Molekul-molekul ini
lambat laun kemudian menghasilkan jutaan spesies makhluk hidup, bahkan dengan
struktur yang lebih kompleks lagi. Menurut teori evolusi, pada kondisi normal,
proses yang menghasilkan struktur yang lebih terencana, lebih teratur, lebih
kompleks dan lebih terorganisir ini terbentuk dengan sendirinya pada tiap
tahapnya dalam kondisi alamiah. Proses yang disebut alami ini jelas
bertentangan dengan Hukum Entropi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar